ada apa dengan tinta?
Tinta merupakan cairan yang berisi berbagai macam pigmen dan berfungsi untuk memberi warna pada bidang tertentu ataupun menghasilkan gambar, tulisan, atau desain pada sebuah bidang. Tinta dapat digunakan untuk menghasilkan gambar atau tulisan baik dengan mesin cetak ataupun dengan pena, kuas atau quill (kuas berbulu lembut).
Tinta terdiri dari berbagai material seperti pelarut, pigmen, resin, pelumas, sollubilizer yaitu senyawa yang membentuk ion polimer polar dengan resin tahan air, surfaktan yang merupakan unsur basah yang menurunkan tekanan permukaan dari sebuah cairan sehingga penyebaran tinta menjadi lebih mudah dan menurunkan tekanan antar permukaan dua cairan, materi partikuler, pemijar, dan lain-lain. Berbagai komponen ini memiliki banyak fungsi misalnya pembawa tinta, pewarna, pengatur aliran tinta, ketebalan tinta, dan sebagainya.
Tinta tentu menjadi bahan baku cetak yang sangat penting. Tanpa tinta, tidak ada gunanya penemuan dari mesin cetak. Ternyata, penggunaan tinta di era saat ini berasal dari usaha dari tokoh-tokoh terdahulu di beberapa negara dalam mengembangkan teknologi. Mulai dari tinta berbahan alami, menggunakan tumbuh-tumbuhan, serta hewan hingga ditemukannya teknologi yang berkembang hingga saat ini, yaitu tinta dengan bahan-bahan kimia. Mari kita simak sejarah dari penemuan ini.
Penemuan tinta terjadi di beberapa wilayah. Di India, akhir abad 4 SM tinta yang digunakan pertama kali disebut masi. Masi merupakan campuran komponen kimia. Namun ditemukan pula tulisan-tulisan india dengan tinta pada Kharosthi (sejenis naskah kuno) yang tergali di Turkistan China (sekarang Xinjiang). Cara penulisan dengan tinta menggunakan alat yang berujung lancip juga telah digunakan di India Selatan saat itu. Tinta yang dibuat berasal dari karbon hitam yang dihasilkan melalui pembakaran tulang, aspal, pitch, dan substansi lainnya.
Penemuan tinta di China diawali dengan penemuan kertas dari serat kayu pada tahun 105 dan diikuti oleh jepang di tahun 700. Sekitar tahun 711 orang-orang Arab mulai mengadopsi penemuan ini. Selanjutnya penemuan ini meluas hingga pada ke Abad 14 di Eropa. Saat itu di Eropa dibangun pabrik kertas dengan skala besar untuk tujuan komersil. Hal ini dibuktikan dengan tersebarnya bukti sejarah disepanjang rute Timur ke Barat, dan dikenal di daratan Eropa pada sekitar tahun 1400.
Pada tahun 1450, Johann Gutenberg mengadaptasi cara kerja percetakan sekrup, yaitu sistem cetak dari mesin press anggur dan menggunakan dengan menggunakan tinta berbahan dasar minyak. Cara kerjanya yaitu dengan menekan mesin. Ketika mesin ditekan, minyak akan tersebar dan mencetak bentuk halaman-halaman teks.
Dilanjutkan pada tahun 1460, penemuan tinta pada tahun ini menjadi sebuah terobosan pagi penemuan tinta printer. Tinta yang ditemukan dapat menempel pada permukaan logam yang diberi minyak biji Rami panas. Namun, hasil cetak ini hanya dapat bertahan sekitar 1 tahun lalu akan berlendir atau bahkan luntur. Untuk mengatasi kekurangan ini, peneliti mencoba mempertahankan cetakan biji rami ini dengan menambahkan litharge (monoksida timbal), yang sekaligus dapat mempercepat proses pengeringan.
Pada tahun 1799, Alois Senefelder, seorang peneliti asal Austria mampu menciptakan mesin litografi, yang mampu mencetak gambar dan teks pada permukaan datar dan halus pada batu kapur. Selanjutnya beberapa penyempurnaan hingga hadirnya mesin cetak ukuran kecil digunakan hingga sekarang.
Pada Tahun 1772, tinta berwarna dikeluarkan di Inggris. Dilanjutkan pada abad ke-19, sebuah agen pengeringan kimia didirikan. Sejak saat ini penggunaan berbagai pigmen untuk tinta berwarna digunakan secara meluas.
Sebenarnya pada tahun 1800-an, terdapat pula teknologi yang menghasilkan tinta berbahan dasar amonia baru dengan pewarna aniline. Tinta ini kemudian dikonversi menjadi array.
Di awal abad 20, penggunaan tinta telah menyebar di masyarakat dunia. Setiap rumah dapat memiliki mesin cetak masing-masing. Di negara maju, orang-orang mampu membuka bisnis percetakan sendiri . Hingga saat ini sekitar 250.000 ton tinta digunakan setiap tahun di Amerika Serikat. Ketika terjadi kekurangan minyak bumi pada pertengahan 1970-an, penggunaan tinta berbasis minyak kedelai pun diperkenalkan. Sejak tahun 1980, Asosiasi Kedelai Amerika gencar mempromosikan penggunaan minyak kedelai dalam tinta cetak. Sedangkan di Eropa, penggunaan minyak digantikan dengan lobak atau bunga matahari. Hingga kini, tinta sudah menjadi bagian dalam kehidupan masyarakat. Tidak dapat dibayangkan apa jadinya jika tidak ada tinta yang dapat kita gunakan untuk mencetak. Tinta telah menjadi sebuah kebutuhan yang tidak terpisahkan dalam berbagai bidang.
Tinta merupakan cairan yang berisi berbagai macam pigmen dan berfungsi untuk memberi warna pada bidang tertentu ataupun menghasilkan gambar, tulisan, atau desain pada sebuah bidang. Tinta dapat digunakan untuk menghasilkan gambar atau tulisan baik dengan mesin cetak ataupun dengan pena, kuas atau quill (kuas berbulu lembut).
Tinta terdiri dari berbagai material seperti pelarut, pigmen, resin, pelumas, sollubilizer yaitu senyawa yang membentuk ion polimer polar dengan resin tahan air, surfaktan yang merupakan unsur basah yang menurunkan tekanan permukaan dari sebuah cairan sehingga penyebaran tinta menjadi lebih mudah dan menurunkan tekanan antar permukaan dua cairan, materi partikuler, pemijar, dan lain-lain. Berbagai komponen ini memiliki banyak fungsi misalnya pembawa tinta, pewarna, pengatur aliran tinta, ketebalan tinta, dan sebagainya.
Tinta tentu menjadi bahan baku cetak yang sangat penting. Tanpa tinta, tidak ada gunanya penemuan dari mesin cetak. Ternyata, penggunaan tinta di era saat ini berasal dari usaha dari tokoh-tokoh terdahulu di beberapa negara dalam mengembangkan teknologi. Mulai dari tinta berbahan alami, menggunakan tumbuh-tumbuhan, serta hewan hingga ditemukannya teknologi yang berkembang hingga saat ini, yaitu tinta dengan bahan-bahan kimia. Mari kita simak sejarah dari penemuan ini.
Penemuan tinta terjadi di beberapa wilayah. Di India, akhir abad 4 SM tinta yang digunakan pertama kali disebut masi. Masi merupakan campuran komponen kimia. Namun ditemukan pula tulisan-tulisan india dengan tinta pada Kharosthi (sejenis naskah kuno) yang tergali di Turkistan China (sekarang Xinjiang). Cara penulisan dengan tinta menggunakan alat yang berujung lancip juga telah digunakan di India Selatan saat itu. Tinta yang dibuat berasal dari karbon hitam yang dihasilkan melalui pembakaran tulang, aspal, pitch, dan substansi lainnya.
Penemuan tinta di China diawali dengan penemuan kertas dari serat kayu pada tahun 105 dan diikuti oleh jepang di tahun 700. Sekitar tahun 711 orang-orang Arab mulai mengadopsi penemuan ini. Selanjutnya penemuan ini meluas hingga pada ke Abad 14 di Eropa. Saat itu di Eropa dibangun pabrik kertas dengan skala besar untuk tujuan komersil. Hal ini dibuktikan dengan tersebarnya bukti sejarah disepanjang rute Timur ke Barat, dan dikenal di daratan Eropa pada sekitar tahun 1400.
Pada tahun 1450, Johann Gutenberg mengadaptasi cara kerja percetakan sekrup, yaitu sistem cetak dari mesin press anggur dan menggunakan dengan menggunakan tinta berbahan dasar minyak. Cara kerjanya yaitu dengan menekan mesin. Ketika mesin ditekan, minyak akan tersebar dan mencetak bentuk halaman-halaman teks.
Dilanjutkan pada tahun 1460, penemuan tinta pada tahun ini menjadi sebuah terobosan pagi penemuan tinta printer. Tinta yang ditemukan dapat menempel pada permukaan logam yang diberi minyak biji Rami panas. Namun, hasil cetak ini hanya dapat bertahan sekitar 1 tahun lalu akan berlendir atau bahkan luntur. Untuk mengatasi kekurangan ini, peneliti mencoba mempertahankan cetakan biji rami ini dengan menambahkan litharge (monoksida timbal), yang sekaligus dapat mempercepat proses pengeringan.
Pada tahun 1799, Alois Senefelder, seorang peneliti asal Austria mampu menciptakan mesin litografi, yang mampu mencetak gambar dan teks pada permukaan datar dan halus pada batu kapur. Selanjutnya beberapa penyempurnaan hingga hadirnya mesin cetak ukuran kecil digunakan hingga sekarang.
Pada Tahun 1772, tinta berwarna dikeluarkan di Inggris. Dilanjutkan pada abad ke-19, sebuah agen pengeringan kimia didirikan. Sejak saat ini penggunaan berbagai pigmen untuk tinta berwarna digunakan secara meluas.
Sebenarnya pada tahun 1800-an, terdapat pula teknologi yang menghasilkan tinta berbahan dasar amonia baru dengan pewarna aniline. Tinta ini kemudian dikonversi menjadi array.
Di awal abad 20, penggunaan tinta telah menyebar di masyarakat dunia. Setiap rumah dapat memiliki mesin cetak masing-masing. Di negara maju, orang-orang mampu membuka bisnis percetakan sendiri . Hingga saat ini sekitar 250.000 ton tinta digunakan setiap tahun di Amerika Serikat. Ketika terjadi kekurangan minyak bumi pada pertengahan 1970-an, penggunaan tinta berbasis minyak kedelai pun diperkenalkan. Sejak tahun 1980, Asosiasi Kedelai Amerika gencar mempromosikan penggunaan minyak kedelai dalam tinta cetak. Sedangkan di Eropa, penggunaan minyak digantikan dengan lobak atau bunga matahari. Hingga kini, tinta sudah menjadi bagian dalam kehidupan masyarakat. Tidak dapat dibayangkan apa jadinya jika tidak ada tinta yang dapat kita gunakan untuk mencetak. Tinta telah menjadi sebuah kebutuhan yang tidak terpisahkan dalam berbagai bidang.
Komentar
Posting Komentar